Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

SELAMAT DATANG DI BLOG SD NEGERI 2 BOROKULON, KECAMATAN BANYUURIP, KABUPATEN PURWOREJO

Mari bergabung dengan kami untuk meningkatkan kinerja kita sebagai guru yang profesional, demi meningkatkan mutu pendidikan.

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
SDN 2 Borokulon melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler seni tari, pramuka, seni musik

Jumat, 28 Mei 2010

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TIPOLOGI JUNG




A. PENGANTAR

Tipologi Jung adalah Tipologi Kepribadian yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung seorang doktor psychiatry dari Swis (1875-1959). Pemikiran Jung banyak dipengaruhi teori-teori sebelumnya, diantaranya yang dikemukakan oleh Schopenhauer, Eduard Von Hartmann, J. J. Bachouer, Nietze, Zarathustra, Piere Janet, dan yang paling berpengaruh adalah Sigmund Freud tentang Psikoanalitis. Jung kemudian mengemukan teorinya sendiri yang diberi nama Psikologi Analitis atau Psikologi Kompleks.



B. STRUKTUR PSYCHE ATAU KEPRIBADIAN

Jung tidak berbicara tentang kepribadian tentapi tentang psyche. Psyche adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Jiwa manusia terdiri dari dua alam yang kedua-duanya mempunyai fungsi penyesuaian dan tidak hanya saling mengisi tapi juga berhubungan secara kompensatoris.

(1) alam sadar (kesadaran): penyesuaian terhadap dunia luar;

(2) alam tak sadar (ketidaksadaran): penyesuaian terhadap dunia dalam.

1. Struktur Kesadaran:

Kesadaran mempunyai dua komponen pokok yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa.

a. Fungsi Jiwa: Suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Ada empat fungsi pokok:

(a) pikiran: menilai atas benar dan salah.

(b) perasaan: menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan

(c) pendriaan: mendapatkan pengamatan dengan sadar-indriah

(d) intuisi: mendapatkan pengamatan secara sadar naluriah.

Pikiran dan perasaan berfungsinya secara rasional sedang pendriaan dan intuisi berfungsinya secara irasional. Dan dari keempat fungsi itu biasanya hanya satu yang berkembang secara dominan dan menentukan tipe orangnya.

b. Sikap Jiwa: Ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis maupun arah orientasi manusia terhadap dunianya dapat ke luar ataupun ke dalam.

Berdasarkan sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe:

(a) manusia-manusia yang bertipe ekstrovers, yaitu orang yang dipengaruhi dunia obyektifnya yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju keluar: pikiran, perasaan dan tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya.

(b) Manusia-manusia yang bertipe introvers, yaitu orang yang dipengaruhi dunia subyektifnya yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran, perasaan serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.

c. Tipologi Jung

Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok kesadaran yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa sampailah Jung pada empat dua atau delapan tipe : empat tipe ekstravers dan empat tipe introvers.

d. Persona

Menurut Jung cara individu dengan sadar menampakan diri ke luar (ke dunia sekitarnya) disebut persona. Persona itu merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara stuktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana seharusnya orang berbuat. Apabila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan selubung yang elatis, yang dengan lancar dapat dipergunakan, tetapi kalau penyesuian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang beku untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan

2. Stuktur Ketidaksadaran

Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif

a. Ketidaksadaran Pribadi

Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya yang meliputi hal-hal yang terdesak atau tertekan dan hal-hal yang terlupakan serta hal-hal yang teramati, terpikir, dan terasa di bawah ambang kesadaran. Kecuali itu termasuk dalam lingkungan ini dikenal dengan istilah prasadar dan bawah sadar.

b. Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia melalui generasi yang terdahulu. Jung merumuskan ketidaksadaran kolektif itu sebagai suatu warisan kewajiban yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terdahulu kembali dalam struktur tiap-tiap individu, dan membandingkannya dengan apa yang disebut oleh Levy Bruhl tanggapan mistik kolektif (representions collectives) orang-orang primitif.

Pengetahuan mengenai ketidaksadaran diperoleh melalui manifestasi dari isi-isi ketidaksadaran. Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk symptom dan komplek, mimpi, dan archrtypus.

1. Symptom dan Kompleks

Symptom dan Kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah tanda bahaya yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang dan kerenanya perlu perluasan ke alam tak sadar.

2. Mimpi, fantasi, dan khayalan

Menurut Jung mimpi mempunyai fungsi konstruktif, yaitu mengkompen-sasikan keberatsebalahan dari konflik. Di samping mimpi Jung juga mengemukakan fantasi (phantasi) dan khayalan (vision) sebagai bentuk menifestasi ketidaksadaran.

3. Archetypus

Isilah archetypus diambil Jung dari Agustinus yang merupakan bentuk pendapat instinktif dan reaksi instinktif terhadap situasi tertentu yang terjadi di luar kesadaran. Archetypus merupakan pusat serta medan tenaga dari ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia. Archetypus hanya dapat dibatasi secara formal tidak secara material, orang hanya dapat menggambarkan tetapi tidak dapat mencandranya.

c. Beberapa bentuk khusus isi ketidaksadaran

1. Bayang-bayang: segi lain atau bagian gelap daripada kepribadian, kekurangan yang tidak disadari. Aku merupakan pusat kesadaran, maka bayang-bayang merupakan pusat ketidaksadaran, baik secara pribadi maupun kolektif. Bayang-bayang merupakan tokoh archethypus suatu pecahan kepribadian yang walaupun merupakan bayang-bayang tetapi tidak terikat kepada individu.

2. Proyeksi imago: diartikan dengan secara tidak sadar menempatkan isi batin sendiri pada obyek diluar dirinya. Isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain disebut imago.

3. Animus dan anima merupakan imago yang terpenting pada orang dewasa yaitu sifat-sifat / kualitas-kualitas jenis kelamin lain yang ada dalam ketidaksadaran manusia. Anima dan animus ada hubungan langsung dengan persona. Persona menyesuaikan diri keluar sedang anima dan animus menyesuaikan diri kedalam, jadi persona sebagai fungsi perantara antara aku dan dunia luar, sedang anima / animus sebagai fungsi antara aku dan dunia dalam.



C. DINAMIKA PSYCHE / KEPRIBADIAN

Struktur Psyche itu tidak statis, melainkan dinamis dalam gerak yang terus menerus dan disebut libido. Libido sebagai abstraksi yang menyatakan relasi dinamis.

1. Hukum-hukum / Prinsip Psyche :

a. Hukum Pasangan Berlawanan

Psyche / kepribadian : sistem energi yang tertutup tetapi untuk seluruhnya sifat tertutupnya tidak sempurna, karena energi dari sumber-sumber di luarnya dapat masuk pada sistem ini. Psyche mempunyai prinsip mengatur diri sendiri yang berlangsung atas dasar hukum tertentu.

Hukum pokokny adalah kebalikan/Hukum Pasangan Berlawanan yang disebut enantiogromia yang berarti segala sesuatu itu pada suatu kali akan berubah menjadi kebalikan/lawannya (mempertahankan nilai yang lama dengan mengenal lawannya/kebalikannya).

Contoh : Siang – Malam, terang – gelap, dan sebagainya.

b. Prinsip ekuivalens.

Menurut Jung dinamika psyche ada dua prinsip pokok yaitu ekivalen dan entropi.

Prinsip ekivalen menyatakan bahwa sesuatu nilai menurun / hilang, maka jumlah energi yang didukung oleh nilai itu tidak hilang dari psyche melainkan akan muncul kembali dalam nilai baru (banyaknya energi tetap hanya distribusinya yang berubah-ubah).

c. Prinsip Entropi : Psychological Homeostatis

Hukum ini menyatakan dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari lebih panas kepada yang lebih dingin yang menghasilkan keseimbangan kekuatan. Prinsip ini menggambarkan dinamika psyche yaitu distribusi didalam psyche itu selalu menuju keseimbangan yang menimbulkan hubungan kompensatoris antara pasangan yang berlawanan. Aspek yang lemah berusaha memperbaiki statusnya dengan menggunakan aspek yang kuat (pasangan lawannya) dan ini menimbulkan tegangan dalam kepribadian / psyche.





2. Arah dan Intensitas Energi

a. Arah energi progresi, ekstraversi dan intraversi gerak energi dapat dibedakan antara gerak progresif dan gerak agresif yang artinya progresif nilai positif agresif nilai negatif tetapi menurut Jung regresi itu juga punya nilai positif yaitu penyesuaian kedalam batin sendiri jadi kedua gerak itu, bentuk yang seharusnya ada pada kejadian psikis yang wajar progresi dan regresi hanya fase dalam bekerjanya energi. Energi kecuali bergerak progresif dan regresi ke muka, ke belakang ke luar dan ke dalam hal inilah yang menimbulkan sikap jiwa yang ekstraversi dan intraversi.

b. Intensitas enersi, gambaran. Gambaran adalah hasil fantasi dari ketidak sadaran menjadi gambaran dalam mimpi, tergantung banyak sedikitnya energi dapat disamakan dengan werteintensitat energi.

c. Interaksi antara aspek-aspek. Psyche atau kepribadian. Orang yang pikirannya sangat berkembang perasaannya sangat tidak berkembang, orang yang terlalu berkembang sifat jantan sifat betina akan terdesak ke dalam kelemah lembutnya kehalusannya akan tak nampak dari luar. Ini menuntut kompensasi yang dapat dipenuhi dengan mimpi atau fantasi. Aspek yang berpasangan tidak selamanya berlawanan. Contohnya yang disampaikan Jung sepasang suami isteri yang kadang bertengkar, saling membutuhkan yang disebut Jung Trancedent Funktion untuk mempersatukan segala kecenderungan yang saling berlawanan menjadi kesatuan yang sempurna dan ideal.

d. Perkembangan psyche atau kepribadian menurut Jung manusia berkembang selalu maju ke tarap lebih sempurna juga menuju tarap deferensiasi lebih tinggi.

1. Jung menjangkau ke belakang dan ke depan, seorang aku psikologi harus bermuka rangkap pada satu sisi melihat masa lampau sisi lain menggambarkan apa yang akan terjadi di masa datang.

2. Jalan perkembangan : progresi dan regresi yang dimaksud progresif oleh Jung adalah sadar dapat menyesuaikan diri terhadap dunia luar maupun dunia luar ketidak sadaran.

Regresi tidak selalu negatif, dengan dibantu dengan sang aku dapat menemukan jalan untuk mengatasi rintangan yang dihadapi. Dengan melakukan gerak mundur sang aku menemukan pengetahuan di dalam ketidaksadaran untuk mengatasai frustasi yang dihadapi.

3. Pemindahan energi psikis : Sublimasi dan Represi

Energi psikis itu dapat dipindahkan atas dasar prinsip dinamika. Yaitu ekuivalens dan entropi, tranfer yang progresif disebut sublimasi. Jadi pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Jalan kesempurnaan “Proses Kepribadian”. Untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat, maka setiap aspek kepribadian harus mencapai syarat diferensiasi dan perkembangan yang sepenuhnya. Oleh Jung disebut proses penemuan dari yang disebut proses individuasi proses individuasi itu ditandai oleh perjuangan batin melalui bermacam-macam fase.

a. Fase Pertama

Membuat sadar fungsi-fungsi pihak sikap jiwa yang ada dalam ketidak sadaran kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaian diri meningkat.

b. Fase Kedua

Membuat sadar imaga-imaga orang mampu melihat kelemahan sendiri yang diproyeksikan.

c. Fase Ketiga

Menginsyafi orang hidup dalam tegangan yang berlawanan rahar maupun batiniah, manusia harus tabah serta dapat mengatasi.

d. Fase Keempat

Hubungan selaras antara kesadaran dan ketidak sadaran diri merupakan tritrik pusat kepribadian, mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian.

Kamis, 27 Mei 2010

VISI DAN MISI SDN 2 BOROKULON

VISI


Menjadi lembaga pendidikan Sekolah Dasar yang unggul dalam prestasi, iman dan taqwa, terampil dan berbudi luhur.



MISI

a. Meningkatkan prestasi siswa agar dapat bersaing di SMP favorit.

b. Meningkatkan iman, moral dan perilaku yang positif, baik di sekolah, keluarga dan masyarakat.

c. Terciptanya keterampilan yang handal yang teraplikasi dalam kehidupan.

d. Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi siswa.

e. Menciptakan tingkah laku yang berbudi pekerti luhur.